Tahun 2009, merupakan kisah yang tidak pernah saya lupa dalam perjalanan saya menempuh pendidikan di jazirah tanah perantauan kota daeng, Makassar, Sulawesi selatan. Tahun yang saya diingatkan dengan bertahan hidup dengan uang Rp1000 rupiah dalam sebulan. Hanya air mata, yang bercucuran di mata saya, setiap kali saya mengingat krisis ekonomi yang pernah melanda saya tersebut. itu bukan karena kesengajaan, tapi faktor ekonomi keluarga kami yang tidak seberuntung orang-orang lain. Bagi saya itu, adalah takdir saya. Namun bukan berarti, takdir terlahir dari orang tua yang tidak mampu, membuat saya patah semangat untuk sebuah cita-cita saya, belajar dan mengenyam pendidikan tinggi seperti juga anak-anak lainnya. Sehingga demi suatu cita-cita, saya membudakkan diri saya, dengan jalan apapun untuk tetap bisa sekolah, tanpa logika, yang akan menghanyutkan saya jika harus berjibaku dengan kondisi orang tua. Sebab saya percaya bahwa Tuhan tidak pernah be...
Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman Untuk Maju Bersama