Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2018

Meneroka Ekowisata, Universitas Hasanuddin

Pengembangan infrastruktur yang ramah lingkungan perlahan-lahan mulai dikembangkan oleh satuan institusi pendidikan di Universitas Hasanuddin (Unhas). Konsep pembangunan kampus yang hijau— go green , serta keberpihakannya terhadap pembangunan infrastruktur yang pro lingkungan. Amat cukup menegaskan keseriusan Unhas terhadap pembangunan yang ramah lingkungan. Mulai dari gapura depan, kita akan disuguhi pemandangan natural seperti karpet hijau yang mengukuhkan kealamiahan ekowisata hijau di sekitar Danau Unhas. Terpampang pula, sebuah tulisan Universitas Hasanuddin sebagai ikon yang meyakinkan pengunjung bahwa—inilah Unhas.  Photo credit: La Nane Pemandangan asri ini, dapat dinikmati oleh publik . Karena itu, Unhas saat ini bukan saja sebagai institusi pendidikan tapi juga sebagai tempat ekowisata yang meneroka konsep wisata lingkungan di Indonesia Timur.  Photo credit: La Nane Tak tanggung-tanggung, Danau Unhas ini juga dilengkapi dengan jembatan berbentuk lingkaran. D

Darurat Ilmiah, Publikasi Universitas

Akhir-akhir ini, karya ilmiah para civitas akademika mengalami degradasi keilmiahan. Entah disadari atau tidak, diperhatikan atau tidak, beberapa jurnal ilmiah kampus-kampus ranking 10 besar se-Indonesia mengidap penyakit kritis-literasi. Photo credit: www.timesindonesia.co.id Tak bisa dibayangkan, bagaimana mungkin sivitas akademika Indonesia, dengan peringkat World Class University masih belum beres dengan soal-soal sepele seperti: Penulisan simbol kali (×), yang masih menggunakan huruf x  Tanda kurang (−), yang diganti hyphen (-), en-dash (–), atau em-dash (—) Simbol derajat (°), yang masih menggunakan pangkat nol, dll. Sungguh sangat disayangkan bila produk-produk ilmiah kampus, seperti jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan buku-buku teks terus dipublikasi seperti kerupuk yang tak harus melewati pemeriksa ( reviewer ) yang berkelas. Apalah arti, segudang produk-produk ilmiah cetakan universitas bila tak punya kualitas yang baik.  Universitas tanpa mutu literasi

Ancaman Sampah Plastik

Baru-baru ini, publik dikejutkan dengan kematian seekor Paus Sperma  Physeter macrocephalus  yang terdampar di perairan Pulau Kapota, Wakatobi. Kamatian seekor paus tersebut bukan hanya menyedot perhatian seluruh penggiat lingkungan, tetapi juga sukses meraup simpati rakyat se-Indonesia. Tambah lagi, dengan ditemukannya 5,9 kg sampah plastik pada lambung si paus mati. Lantas, teka-teki besar hadir. Apakah sampah plastik menjadi  key factor " penyebab utama" atas kematian si paus? Ilustrasi gambar: www.phys.org Hemat saya, amat sulit untuk mengklaim secara dini bahwa plastik dengan bobot 5,9 kg per satuan bobot paus adalah faktor utama atas kematian si paus. Pasalnya tidak ada data, berapa rerata plastik dalam perut suatu biota yang dapat ditolerir dan tidak dapat ditolerir, sebelum kemudian mati. Etika sains sebagai sumber informasi akurat melarang siapapun untuk menjustifikasi suatu masalah tanpa data. Terlebih tidak ada penelitian yang dapat membuktikan ba