Akhir-akhir ini, karya ilmiah para civitas akademika mengalami degradasi keilmiahan. Entah disadari atau tidak, diperhatikan atau tidak, beberapa jurnal ilmiah kampus-kampus ranking 10 besar se-Indonesia mengidap penyakit kritis-literasi.
Tak bisa dibayangkan, bagaimana mungkin sivitas akademika Indonesia, dengan peringkat World Class University masih belum beres dengan soal-soal sepele seperti:
Photo credit: www.timesindonesia.co.id |
- Penulisan simbol kali (×), yang masih menggunakan huruf x
- Tanda kurang (−), yang diganti hyphen (-), en-dash (–), atau em-dash (—)
- Simbol derajat (°), yang masih menggunakan pangkat nol, dll.
Sungguh sangat disayangkan bila produk-produk ilmiah kampus, seperti jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan buku-buku teks terus dipublikasi seperti kerupuk yang tak harus melewati pemeriksa (reviewer) yang berkelas.
Apalah arti, segudang produk-produk ilmiah cetakan universitas bila tak punya kualitas yang baik.
Universitas tanpa mutu literasi, bak bangkai bangunan yang menjulang tanpa makna.
Sebagai pembaca karya ilmiah, fenomena menurunnya kualitas produk ilmiah para sivitas akademika ini, sangatlah mengecewakan dan patut untuk disayangkan oleh seluruh khalayak pembaca.
Comments
Post a Comment