Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2018

Restoran Sushi di Sendai, Jepang

Sushi telah indentik dengan Jepang sebagai negara yang memperkenalkan sushi pertama kali. Tak heran jika mengkonsumsi sushi di Jepang jauh terasa lebih fresh dan nikmat ketimbang kita mengkonsumsi sushi di restauran-restoran sushi yang ada di luar negara asalnya seperti negara kita—Indonesia. Ini mirip dengan mengkonsumsi makanan atau masakan padang atau coto makassar tapi di luar kota Padang atau Makassar. Tentulah, cita rasanya sangat berbeda. Bukan? Mungkin karena bumbu atau chef- nya yang berbeda kali ya. Entahlah! Photo credit : Google Restoran sushi memang tersebar luas di seluruh Jepang. Namun tidak semua toko makanan menghidangkan sushi. Restoran Sushi hanya tersedia khusus ditempat-tempat tertentu dan tidak terlalau banyak. Sehingga sangat jarang dijumpai di tengah kota. Karena itu, tulisan ini semoga membantu kamu yang berkunjung atau tinggal di Sendai untuk menemukan restoran sushi terdekat yang ada di jantung kota Sendai. Adapun beberapa restoran sushi yan

Bersepeda di Jepang

Kemajuan teknologi otomotif Jepang yang berkembang pesat dan bahkan boleh dikata telah menguasai pasar di seluruh dunia. Tidak serta merta merubah kebiasaan masyarakat pengguna sepeda di Jepang untuk beralih kendaraan ke teknologi masa kini yang lebih kekinian. Malahan, infrastruktur jalan raya yang sedang dibangun secara besar-besaran saat ini.  Kalau kita lihat, bukan saja untuk menyiapkan volume kendaraan bermotor tetapi juga dibangun untuk menyiapkan fasilitas pengguna sepeda dan pejalan kaki yang jumlahnya sangat besar. Dan hasilnya, perhatian pemerintah Jepang atas penyediaan infrastruktur pengguna sepeda dan juga pengguna jalan kaki tersebut—ternyata berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah pengguna sepeda di Jepang. Tempat parkir sepeda secara vertikal di Jepang Hal ini dikarenakan, sepeda telah menjadi transportasi yang memasyarakat. Hingga, boleh dikata—setiap orang di Jepang pasti memiliki Sepeda. Karena itu, sepeda telah menjadi kendaraan yanga banyak d

Toko Buku Berbahasa Indonesia di kota Sendai

Membahas tentang buku memang tidak ada titiknya. Setiap hari, jutaan buku terbit dari seluruh penjuru dunia dengan judul dan versi bahasa penulisnya sendiri. Soal berapa banyak jumlah buku yang terbit dalam bahasa Indoneaia per tahunnya, ini yang belum tercatat. Karena budaya literasi kita masih sangat drendah bahkan masih ada di bawah satu tingkat di bawah Thailand. Sumber foto: Google Sementara itu, kebutuhan buku sangatlah tinggi. Kita yang sedang ada di luar negri sekali pun pasti lebih senang membaca buku jika ditulis dalam bahasa sendiri apalagi bisa tesedia di kota kita tinggal. Apalagi, kalau kamu terbiasa dengan hobi membaca dan menganggap buku sebagai salah satu kegiatan refresing yang bakal bisa mengurangi rasa stress. Dan bahkan kegiatan membacamu—tidak bisa digantikan dengan dunia digital yang kini semakin naik daun. Namun bagaimana kalau pengen sekali membaca buku berbahasa Indonesia. Apakah kita harus membeli dari toko buku online Indonesia dan minta dikirim ke

Antara Cita-Cita dan Kenyataan

Tanpa kita sadari, terkadang apa yang kita cita-citakan berbeda dengan yang kita dapatkan. Dan tak jarang lebih indah dari yang kita bayangkan. Saya sejak kecil punya cita-cita pengen jadi Polisi yang badannya gagah, dan berotot. Dan yang demikian ini, tentu menjadi dambaan setiap laki-laki. Belum lagi kalau berpakaian dinas yang rapi dan memiliki senjata. Serasa satria baja hitam—siap menumpas kejahatan. Cita-cita menjadi seorang polisi bukan tanpa alasan. Semuanya berawal, dari sejak kecil yang terbiasa dan suka bermain senjata. Mulai dari senjata air, peluru karet, mobil tank buatan industri masa kini, hingga senjata dari ranting bambu buatan tempo doloe ( made in local ) dengan peluru dari kertas atau dari buah tanaman pohon mangrove. Sekarang, tentu tak bisa dibayangkan lagi, bagaimana dahulu—saya mahir mengunyah kertas. Bukan saja mengunyah kertas baru, tapi juga kertas bekas pakai yang bertinta. Sampai-sampai mulutku berwarna hitam karena tinta. Ado, lucumu ko nak eee

Pentingnya Persahabatan dan Memilih Sahabat

Sahabat seringkali membuat kita kesal, tetapi tak jarang pulang menyenangkan. Sahabat memang tak harus sempurna.   Sebab ia juga sama dengan kita yang mungkin saja menjengkelkan bagi yang lain.   Namun perlu kita ketahui, dan juga sadari bahwa sahabat adalah bagian yang paling dekat dengan kita—sejarak hati dengan jantung. Bahkan lebih dari itu. Apalagi, kalau kita merantau dan jauh dari sanak keluarga. Kita butuh sahabat, sebagai seseorang yang baru dalam perjalanan hidup kita. namun kita anggap seperti keluarga sendiri dalam keseharian kita.  Sumber foto: Google Namun perlu kita ingat bahwa tidak semua orang—harus atau wajib dijadikan sahabat. Kita perlu memilih, memilah dan menetapkan siapa yang layak jadi sahabat sejati. Ini bukan berarti bahwa kita angkuh—sombong, atau bertingkah. Tetapi memang karena sahabat adalah cerminan dari diri kita. Ini seperti kalau kita ingin menilai seseorang sebut saja si doi, atau orang yang ingin kita jadikan istri kita. Cara paling mudah untu

Belajar On Time dari Orang Jepang

Sering kali, kita lupa bahwa menghargai waktu adalah kebutuhan dan ciri budaya mereka yang hidup di negara maju. Mungkinkah on time adalah salah satu pilar yang membuat negara maju menjadi lebih maju? Betapa pun tidak, kita perlu menelisiknya. Fakta lain yang bisa kita lihat adalah negara yang masyarakatnya hidup dengan cara yang tidak berketeraturan dengan waktu—semakin terpiggirkan dari kompetisi dunia (baik ekonomi, inovasi, pendiikan, dll). Sumber foto: Google Karena itulah, jika kita ingin maju, maka kita juga harus menghargai setiap detik, menit dan jam yang berjalan. Kalau tidak, good bye…! Kita selamanya akan berada dilini belakang dan bahkan terbelakang. Sebab tak ada waktu yang   sama dan tak ada waktu yang bisa diulang kembali. Kita perlu menyadari, bahwa kesuksesan seseorang bukan saja ditentuakan oleh IQ, tetapi juga kebiasaan—S uccess habit . Salah satunya adalah soal—menghargai waktu. Mari kita analogikan pada dua orang mahasiswa yang pintar secara akademi

Manfaat dari Menulis

Kebiasaan menulis kini mulai luntur. Kebanyakan dari kita lebih suka menghabiskan waktu untuk menonton YouTube, atau membuka media sosial yang sedang marak 10 tahun terakhir ini—seperti Facebook, Instagram, Whatsapp, dan sejenisnya. Sementara itu, kebiasan menulis semakin terlupakan dan bahkan tertinggalkan. Tak heran, jika pertumbuhan laju internet di Indonesia, tidak dibarengi dengan meningkatnya budaya literasi (menulis dan membaca). Saat ini, kondisi minat baca di Indonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan hasil studi dari—Most Littered Nation in the World pada 2016 lalu, Indonesia berada pada peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat baca. Setingkat berada di bawah Thailand (59). Memprihatinkan bukan? Sumber gambar: Google Karena itu, saya mengajak kita semua untuk ikut andil dalam menumbuhkan budaya literasi di tanah air. Walaupun, sekadar menulis tulisan-tulisan pendek atau membaca bacaan-bacaan yang ringan. Bagi saya,  yang juga baru belajar menulis, menulis adalah bu