Sering
kali, kita lupa bahwa menghargai waktu adalah kebutuhan dan ciri budaya mereka
yang hidup di negara maju. Mungkinkah on time adalah salah satu pilar yang
membuat negara maju menjadi lebih maju? Betapa pun tidak, kita perlu
menelisiknya. Fakta lain yang bisa kita lihat adalah negara yang masyarakatnya hidup
dengan cara yang tidak berketeraturan dengan waktu—semakin terpiggirkan dari kompetisi
dunia (baik ekonomi, inovasi, pendiikan, dll).
Sumber foto: Google |
Karena
itulah, jika kita ingin maju, maka kita juga harus menghargai setiap detik, menit
dan jam yang berjalan. Kalau tidak, good bye…! Kita selamanya akan berada
dilini belakang dan bahkan terbelakang. Sebab tak ada waktu yang sama dan tak ada waktu yang bisa diulang
kembali.
Kita
perlu menyadari, bahwa kesuksesan seseorang bukan saja ditentuakan oleh IQ,
tetapi juga kebiasaan—Success habit. Salah
satunya adalah soal—menghargai waktu. Mari kita analogikan pada dua orang
mahasiswa yang pintar secara akademik dengan inisial nama si A dan si B. Jika dibandingka
dari record prestasi—si B lebih berprestasi dari si A. Dengan demikian hampir
boleh dikata, jika finalisnya tinggal berdua—si A dan si B, maka B lah
pemenangnya. Namun, ternyata, tidak
selamanya seperti itu. Ada faktor lain yang tidak terukur yaitu waktu.
Singkat
cerita pada suatu waktu si A dansi B akan pergi ke suatu lomba di pulau Wakatobi
mewakili sekolahnya. Sementara si B sengaja datang terlambat, karena di Indonesia biasanya berangkat telat. Jadi pikirnya telat sedikit (1 menit), tidak apa-apa.
Ia
lupa, kalau ternyata kapten kapal adalah kapten lulusan dari luar negri yang telah belajar pentingnya waktu dan sangat menghargai
waktu.
Celaka…!
Lalu
apa yang terjadi?
Si B
mau dan tidak mau harus menelan sejarah pahit—karena tertingggal oleh kapal. Sehingga
mimpi si B untuk mendapatkan tropi di kejuaraan, pupuslah sudah.
Dari
cerita itu, kita bisa memetik pengalaman bahwa menghargai waktu sangatlah
penting. Terutama untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Menghargai waktu, harus
menjadi budaya kita sendiri, bukan karena dengan siapa dan orang mana kita akan
bertemu barulah kita menghargai waktu. Tetapi memang karena kebiasaan yang
menjadi habit kita sehari-hari
Alhamdulillah,
kita yang beragama islam setiap hari telah belajar shalat 5 kali sehari-semalam.
Dengan waktu yang telah ditetapkan, Namun seberapa besar dampak yang kita
terima dari hasil latihan ini? Bukankah shalat 5 waktu, selain ibadah adalah media
latihan untuk menghargai waktu. Saya melihat—shalat bukanlah sekadar pahala
utuk akhirat tetapi juga untuk kehidupan dunia. Terutama jika kita belajar menjaga
waktu-waktu shalat di awal waktu dan menerapkannya kedalam kehidupan
sehari-hari. Bukankah seharusnya demikian?
Namun,
kalau kita bicara kehidupan di Jepang, kenapa disini orang Jepang bisa on time?
Jadi
begini, secara historis, orang Jepang punya cerita khusus tentang waktu. Terutama
saat perang dunia ke-2 berlangsung, dimana kota Hiroshima dan Nagasaki hancur-lebur
dengan senjata nuklir Amerika. Penyebabnya cuma satu. Waktu..!
Pada
saat itu, Jepang juga sebenarnya telah siap dengan senjata nuklir dan siap digunakan.
Namun sayangnya tentara Jepang, telat sedikit dari Amerika. Hingga akhirnya
karena keterlambatan itulah—timing menjatuhkan bom Atom yang lambat itulah,
negara mereka jadi bekeping-keping dengan senjata Atom Amerika. Jadi tak heran jika
saat ini, Jepang betul-betul belajar dari sejarah itu. Dan kita tak perlu
dengan sejarah yang samaagar menjadi masyarakat yang on time dalam
berkehidupan. Kita cukup belajar dari pengalaman pahit orang Jepang dalam aspek
tersebut.
Itulah
sisi historisnya. Utnuk sisi habitnya.
Apa yang saya lihat dari tradisi orang Jepang selama 3 tahun tinggal di jepang
adalah bahwa Orang Jepang itu, pandai sekali membuat schedule dan mengakali waktu agar bisa on time. Semisal, jika
mereka akan bertemu atau janjian pada pagi hari (05.00 a.m dini hari) untuk
bepergian ke suatu tempat. Maka sejak malam mereka sudah mandi dan berpakaian
rapi, dan semua peralatan telah disiapkan sebelum tidur. Jadi, saat terbangun
mereka biasanya hanya menyikat gigi, membersihkan muka dan langsung berangkat.
Jadi
inilah alasan kenapa mereka bisa on time.
Seperi
pepatah—"Dimana ada kemauan pasti ada jalan. Dimana ada kemauan, seribu jalan
tersedia".
Comments
Post a Comment