Skip to main content

Belajar On Time dari Orang Jepang

Sering kali, kita lupa bahwa menghargai waktu adalah kebutuhan dan ciri budaya mereka yang hidup di negara maju. Mungkinkah on time adalah salah satu pilar yang membuat negara maju menjadi lebih maju? Betapa pun tidak, kita perlu menelisiknya. Fakta lain yang bisa kita lihat adalah negara yang masyarakatnya hidup dengan cara yang tidak berketeraturan dengan waktu—semakin terpiggirkan dari kompetisi dunia (baik ekonomi, inovasi, pendiikan, dll).
Sumber foto: Google
Karena itulah, jika kita ingin maju, maka kita juga harus menghargai setiap detik, menit dan jam yang berjalan. Kalau tidak, good bye…! Kita selamanya akan berada dilini belakang dan bahkan terbelakang. Sebab tak ada waktu yang  sama dan tak ada waktu yang bisa diulang kembali.

Kita perlu menyadari, bahwa kesuksesan seseorang bukan saja ditentuakan oleh IQ, tetapi juga kebiasaan—Success habit. Salah satunya adalah soal—menghargai waktu. Mari kita analogikan pada dua orang mahasiswa yang pintar secara akademik dengan inisial nama si A dan si B. Jika dibandingka dari record prestasi—si B lebih berprestasi dari si A. Dengan demikian hampir boleh dikata, jika finalisnya tinggal berdua—si A dan si B, maka B lah pemenangnya.  Namun, ternyata, tidak selamanya seperti itu. Ada faktor lain yang tidak terukur yaitu waktu.

Singkat cerita pada suatu waktu si A dansi B akan pergi ke suatu lomba di pulau Wakatobi mewakili sekolahnya. Sementara si B sengaja datang terlambat, karena di Indonesia biasanya berangkat telat. Jadi pikirnya telat sedikit (1 menit), tidak apa-apa. 

Ia lupa, kalau ternyata kapten kapal adalah kapten lulusan dari luar negri yang telah belajar pentingnya waktu dan sangat menghargai waktu.
Celaka…!

Lalu apa yang terjadi?
Si B mau dan tidak mau harus menelan sejarah pahit—karena tertingggal oleh kapal. Sehingga mimpi si B untuk mendapatkan tropi di kejuaraan, pupuslah sudah.

Dari cerita itu, kita bisa memetik pengalaman bahwa menghargai waktu sangatlah penting. Terutama untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Menghargai waktu, harus menjadi budaya kita sendiri, bukan karena dengan siapa dan orang mana kita akan bertemu barulah kita menghargai waktu. Tetapi memang karena kebiasaan yang menjadi habit kita sehari-hari

Alhamdulillah, kita yang beragama islam setiap hari telah belajar shalat 5 kali sehari-semalam. Dengan waktu yang telah ditetapkan, Namun seberapa besar dampak yang kita terima dari hasil latihan ini? Bukankah shalat 5 waktu, selain ibadah adalah media latihan untuk menghargai waktu. Saya melihat—shalat bukanlah sekadar pahala utuk akhirat tetapi juga untuk kehidupan dunia. Terutama jika kita belajar menjaga waktu-waktu shalat di awal waktu dan menerapkannya kedalam kehidupan sehari-hari. Bukankah seharusnya demikian?

Namun, kalau kita bicara kehidupan di Jepang, kenapa disini orang Jepang bisa on time?
Jadi begini, secara historis, orang Jepang punya cerita khusus tentang waktu. Terutama saat perang dunia ke-2 berlangsung, dimana kota Hiroshima dan Nagasaki hancur-lebur dengan senjata nuklir Amerika. Penyebabnya cuma satu. Waktu..!

Pada saat itu, Jepang juga sebenarnya telah siap dengan senjata nuklir dan siap digunakan. Namun sayangnya tentara Jepang, telat sedikit dari Amerika. Hingga akhirnya karena keterlambatan itulah—timing menjatuhkan bom Atom yang lambat itulah, negara mereka jadi bekeping-keping dengan senjata Atom Amerika. Jadi tak heran jika saat ini, Jepang betul-betul belajar dari sejarah itu. Dan kita tak perlu dengan sejarah yang samaagar menjadi masyarakat yang on time dalam berkehidupan. Kita cukup belajar dari pengalaman pahit orang Jepang dalam aspek tersebut.

Itulah sisi historisnya. Utnuk sisi habitnya. Apa yang saya lihat dari tradisi orang Jepang selama 3 tahun tinggal di jepang adalah bahwa Orang Jepang itu, pandai sekali membuat schedule dan mengakali waktu agar bisa on time. Semisal, jika mereka akan bertemu atau janjian pada pagi hari (05.00 a.m dini hari) untuk bepergian ke suatu tempat. Maka sejak malam mereka sudah mandi dan berpakaian rapi, dan semua peralatan telah disiapkan sebelum tidur. Jadi, saat terbangun mereka biasanya hanya menyikat gigi, membersihkan muka dan langsung berangkat.

Jadi inilah alasan kenapa mereka bisa on time.
Seperi pepatah—"Dimana ada kemauan pasti ada jalan. Dimana ada kemauan, seribu jalan tersedia".

Comments

Popular posts from this blog

Asrama Mahasiswa Universitas Tohoku, di Kota Sendai

Kali ini, saya akan mengajak kamu mengenal asrama mahasiswa internasional Universitas Tohoku di kota Sendai.   Kamu tentu tahu, bahwa asrama adalah kebutuhan yang sangat penting jika kamu mengenyam pendidikan lanjutan di Universitas Tohoku nantinya. Jadi tak ada salahnya, jika kali ini—saya mengajak kamu untuk mengenal asrama yang dipunyai oleh Universitas Tohoku. Secara umum, asrama mahasiswa internasional ini, terletak di kota sendai. Namun, letaknya terdapat di beberapa lokasi (district) yang terpisah dan berbeda antara satu dan yang lainnya. Ada asrama yang terdapat di wilayah Sanjo, Katahira, dan wilayah Higasi ( eastern Sendai). Jenis atau tipe asrama yang disediakan oleh pihak kampus juga bermacam-macam. Ada tipe keluarga ( khusus yang sudah memiliki anak ), berpasanagan ( khusus pasangan baru dan belum memiliki anak ) dan yang belum menikah—single ( hitungannya; duda, janda, laki, cewe, dan yang sudah menikah tapi tidak membawa keluarga). Jadi setiap tipe ada jatahn...

Tempat Mengurus Surat Keterangan Sehat Jasmani di Kota Makassar

Makassar (14/01/2019)—Ada banyak tempat mengurus surat keterangan sehat Jasmani di Kota Makassar. Namun, pada hari ini, saya memilih untuk mengurusnya di BBLK, Dinas Kesehatan Kota Makassar. Photo credit: La Nane (dokumentasi pribadi) Saya memilih di sini, karena pelayanannya cukup baik dan super cepat.  Itu pengalaman saya, kemarin saat mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba untuk kelengkapan berkas CPNS. Photo credit: La Nane (dokumentasi pribadi) Baca Juga: Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Makassar. Saking cepatnya, untuk pengurusan surat keterangan sehat jasmani, hanya memakan waktu 10 menit saja. Tanpa perlu antri yang cukup lama seperti di Rumah Sakit Umum yang super antri panjang. Selain itu, pegawainya cukup cekatan dan ramah-ramah. Dari bagian depan, saat saya pertama datang. Saya ditanya sama pegawai bagian depan "Mau urus apa Mas?" "Oh, Urus Surat Keterangan Sehat Jasmani Pak" Jawabku. Petugas bagian depan lang...