Skip to main content

Antara Cita-Cita dan Kenyataan


Tanpa kita sadari, terkadang apa yang kita cita-citakan berbeda dengan yang kita dapatkan. Dan tak jarang lebih indah dari yang kita bayangkan. Saya sejak kecil punya cita-cita pengen jadi Polisi yang badannya gagah, dan berotot. Dan yang demikian ini, tentu menjadi dambaan setiap laki-laki. Belum lagi kalau berpakaian dinas yang rapi dan memiliki senjata. Serasa satria baja hitam—siap menumpas kejahatan.

Cita-cita menjadi seorang polisi bukan tanpa alasan. Semuanya berawal, dari sejak kecil yang terbiasa dan suka bermain senjata. Mulai dari senjata air, peluru karet, mobil tank buatan industri masa kini, hingga senjata dari ranting bambu buatan tempo doloe (made in local) dengan peluru dari kertas atau dari buah tanaman pohon mangrove. Sekarang, tentu tak bisa dibayangkan lagi, bagaimana dahulu—saya mahir mengunyah kertas. Bukan saja mengunyah kertas baru, tapi juga kertas bekas pakai yang bertinta. Sampai-sampai mulutku berwarna hitam karena tinta. Ado, lucumu ko nak eee…!

Namun, sejak masuk sekolah, saya malah tertarik dengan seni menulis dan membaca. Padahal ayah dan ibuku tidak punya hobi dengan kegiatan ini. Itulah sebabnya mereka tidak tertarik dengan sekolah atau mengenyam pendidikan sekalipun TK atau SD. Katanya sih—karena tak ada biaya untuk sekolah dari orang tuanya (nenek/kakek). Disisi ini, saya banyak bersyukur karena sekalipun orang tua saya hanyalah seorang petani yang tak bisa baca tulis hingga saat ini. Tapi keduanya—telah berhasil mendidik saya sampai titik ini.

Thanks mom!
“Dibalik kesuksesan seorang laki-laki ada seorang wanita hebat dibelakangnya”.

Kini, saya bukanlah seorang polisi dan tidak lagi memiliki mipi itu sedikit pun. Saya bahkan malah kuliah di Jurusan bukan pilihan sendiri, sekalipun pada saat tes SBMPTN, perikanan ada pada pilihan pertama. Saya mengambil jurusan Perikanan, karena pilihan Bang Marwan. Abangku yang satu ini, bukan keluarga, bukan pula sepupu apalagi kakak sungguhan. Melainkan hanya senior saya di SMAN 1 Tomia, yang pada saat itu sudah kuliah di Universitas Hasanuddin. Jadi tak diragukan lagi kecerdasannya. Dan ketika saya datang ke kota Makassar. Dialah panitia bimbel HIPMAT (Himpunan Mahasiswa Tomia di Kota Makassar) dan bertugas  membimbing kami mempersiapkan diri masuk perguruan tinggi dan mengerjakan soal-soal SBMPTN.

Saya pun tak pernah menyangka sama sekali kalau jurusan perikanan akan menjadi cerita tanpa titik dalam hidupku. Walaupun benar bahwa sejak SMA saya beberapa kali menjuarai lomba karya tulis ilmiah dan debat antar SMA se-kabupaten Wakatobi. Hingga menjadi siswa pertama dari SMA 1 Tomia, yang menginjakkan kaki di Jakarta dengan membawa nama SMA 1 Tomia untuk mengikuti lomba cerdas cermat se-Indonesia kala itu. Gaya bahasaku yang cepat, memang cocok untuk lomba kecepatan menjawab seperti cerdas cermat. Dan saya sebagai ketua juru bicara didampingi Vita Mukhtar dan Nursahirudin.

Jurusan Perikanan, awlanya hanyalah uji-uji trik yang tak perlu ditiru—goblok kali. Trik ini dipakai harapannya lulus di pilihan ke-2 dan ke-3 yaitu Jurusan Sastra Inggris di Universitas Hasanuddin dan pendidikan bahasa ingris di UNM (Universitas Negeri Makassar). Namanya pilihan lulus dari pilihan pertama ....wkwkwk. Namun, lagi-lagi takdir memilih yang lain. Saya malah lulus di pilihan pertama. Inilah pilihan Tuhan..! Saya sudah berusaha yang terbaik dan Tuhan yang pilihkan—mungkin terlalu baik mengerjakan soal hingga lulus di pilihan pertama.

Intinya. bagi kita yang beragama (Islam)—Kita selalu harus berkeyakinan bahwa segala yang terjsdi pada kita sudah tertulis dalam buku catatan Lauhul Mahfuz. And at that time, I believe that the god has chosen it for me

Dan itulah yang membuat saya bertanggung jawab untuk belajar mencintai jurusan yang sudah ada di depan mata. Apalagi ini adalah pilihan pertama. Sekalipun berat menerima perikanan, hatiku selalu menguatkan bahwa—tidak semua orang bisa masuk di Universitas Hasanuddin. Karena pada waktu itu, kami yang dari kampung (Alumni SMAN 1 Tomia) kurang lebih 100 orang yang datang tes di kota Makassar. Namun cuma tiga orang yang lulus. Satu diantaranya adalah saya. Sementara yang lainnya yaitu Dian Megawati di fakultas farmasi dan Hasrudin Salam di Fakultas Teknik.

Karena kerja keras tidak pernah berbohong pada hasil.
Alhamdulillah, Saya bisa survive dan berkompetisi dengan tteman-teman di Universitas Hasanuddin—sekalipun sekolah saya (SMA) terpencil di wilayah kepulauan Wakatobi.

Dan berkat prestasi yang baik selama kuliah dengan IPK jauh diatas rat-rata, saya memperoleh Beasiswa Prestasi hingga selesai studi di Universitas Hasanuddin. Dan mungkin juga kalau bukan karena jurusan perikan, saya tidak akan pernah menjadi salah delegasi Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan kebudayaan untuk mewakili indonesia mengikuti acara One Young World di Pittsburgh, USA. Pada waktu itu saya membawa ide saya tentang hasil karya cipta tentang Mesin Perontok Bulu Babi yang saya namai SURITECH (Sea Urchin Technology). Tentu hal ini berkaitan dengan perikanan. Bukan?

Dan alhamdulillah juga, saya selalu panjatkan karena atas segala pencapaian dan kerja keras dalam belajar, dan doa orang tua setiap hari. Kini saya telah menyelesaikan studi magister dan juga menikah dengan seorang wanita bersuku bugis-Makassar dengan uang jerih payah sendiri. Ini tidak lain dan bukan selain karena usaha dan apa yang Allah SWT telah tetapkan untuk saya. Dan menyempurnakan agamaku dengan menikah muda dan juga mendapat istri yang baik. Semoga Allah SWT juga memberkati kehidupan kalian dan kita semuanya. Amin….!

Popular posts from this blog

Asrama Mahasiswa Universitas Tohoku, di Kota Sendai

Kali ini, saya akan mengajak kamu mengenal asrama mahasiswa internasional Universitas Tohoku di kota Sendai.   Kamu tentu tahu, bahwa asrama adalah kebutuhan yang sangat penting jika kamu mengenyam pendidikan lanjutan di Universitas Tohoku nantinya. Jadi tak ada salahnya, jika kali ini—saya mengajak kamu untuk mengenal asrama yang dipunyai oleh Universitas Tohoku. Secara umum, asrama mahasiswa internasional ini, terletak di kota sendai. Namun, letaknya terdapat di beberapa lokasi (district) yang terpisah dan berbeda antara satu dan yang lainnya. Ada asrama yang terdapat di wilayah Sanjo, Katahira, dan wilayah Higasi ( eastern Sendai). Jenis atau tipe asrama yang disediakan oleh pihak kampus juga bermacam-macam. Ada tipe keluarga ( khusus yang sudah memiliki anak ), berpasanagan ( khusus pasangan baru dan belum memiliki anak ) dan yang belum menikah—single ( hitungannya; duda, janda, laki, cewe, dan yang sudah menikah tapi tidak membawa keluarga). Jadi setiap tipe ada jatahn...

Tempat Mengurus Surat Keterangan Sehat Jasmani di Kota Makassar

Makassar (14/01/2019)—Ada banyak tempat mengurus surat keterangan sehat Jasmani di Kota Makassar. Namun, pada hari ini, saya memilih untuk mengurusnya di BBLK, Dinas Kesehatan Kota Makassar. Photo credit: La Nane (dokumentasi pribadi) Saya memilih di sini, karena pelayanannya cukup baik dan super cepat.  Itu pengalaman saya, kemarin saat mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba untuk kelengkapan berkas CPNS. Photo credit: La Nane (dokumentasi pribadi) Baca Juga: Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Makassar. Saking cepatnya, untuk pengurusan surat keterangan sehat jasmani, hanya memakan waktu 10 menit saja. Tanpa perlu antri yang cukup lama seperti di Rumah Sakit Umum yang super antri panjang. Selain itu, pegawainya cukup cekatan dan ramah-ramah. Dari bagian depan, saat saya pertama datang. Saya ditanya sama pegawai bagian depan "Mau urus apa Mas?" "Oh, Urus Surat Keterangan Sehat Jasmani Pak" Jawabku. Petugas bagian depan lang...