Sahabat
seringkali membuat kita kesal, tetapi tak jarang pulang menyenangkan. Sahabat
memang tak harus sempurna. Sebab ia juga
sama dengan kita yang mungkin saja menjengkelkan bagi yang lain. Namun perlu kita ketahui, dan juga sadari bahwa
sahabat adalah bagian yang paling dekat dengan kita—sejarak hati dengan
jantung. Bahkan lebih dari itu. Apalagi, kalau kita merantau dan jauh dari sanak keluarga. Kita butuh sahabat, sebagai seseorang yang baru dalam perjalanan hidup kita. namun kita anggap seperti keluarga sendiri dalam keseharian kita.
Sumber foto: Google |
Namun perlu kita ingat bahwa tidak semua orang—harus atau
wajib dijadikan sahabat. Kita perlu memilih, memilah dan menetapkan siapa yang
layak jadi sahabat sejati. Ini bukan berarti bahwa kita angkuh—sombong, atau bertingkah.
Tetapi memang karena sahabat adalah cerminan dari diri kita. Ini seperti kalau
kita ingin menilai seseorang sebut saja si doi, atau orang yang ingin kita
jadikan istri kita. Cara paling mudah untuk menilai kepribadiannya, sosialitasnya,
agamanya, kesederhanaannya adalah—cukup dengan melihat dengan siapa dia
berteman, dia bergaul, atau berkomunikasi. Ini bukan pula berarti bahwa kita
dilarang untuk berbicara dengan orang lain yang mungkin saja jahat ataukah tidak
baik menurut kita. Tetapi— kita cukup meladeni mereka seperlunya saja, sekadar
menyapa, ataukah sekedar membantu bila mereka membutuhkan bantuan kita.
Tapi soal, siapa yang seharusnya kamu temani sepanjang
waktu, ngobrol ataukah lebih dekat dari itu, ialah mereka yang benar-benar akan
memberikan manfaat kepada diri kamu. Dengan
demikian, kita akan semakin menjadi pribadi yang lebih baik dan terhindar dari
tindakan-tindakan yang tidak kita inginkan. Kerena itu, saya menyarankan agar kamu
benar-benar pandai memilih siapa yang layak ditemani berbicara, berbagi, atau habiskan
hari-harimu. Sebab, tidak semua orang yang kita temui harus serta merta menjadi
teman akrab. Jika iyya. Ini namanya
tindakan yang penuh kebebasan yang ujung-ujungnya bisa kebablasan. Sebab
persahabatan yang hakiki adalah “kepentingan”—entah
untuk urusan persahabatan, urusan bisnis, akademik, ataukah urusan jodoh. Semua
orang ingin bergaul dengan kamu, karena mereka punya kepentingan atas kamu.
Catat itu…!
Karena
itu, saya ingin berbagi beberapa tips memilih sahabat yang layak untuk kamu jadikan
sahabat sejati:
Mandiri
Orang
yang mandiri, biasanya lebih dewasa. Cenderung banyak bekerja ketimbang nanya. Tipe seperti inilah yang seharusnya kamu temani dalam Pergaulan sehari-hari. Sebab, kamu
akan tertulari oleh budaya kerjanya dan kedewasaannya
dalam menyelesaikan sesuatu tanpa harus merepotkan orang lain. Sementara mereka
yang kebanyakan ngomong, tapi tidak mampu bekerja, apalagi sedikit-sedikit
meminta bantuan. Sebaiknya kamu hindari, dan katakan No...!
Tidak Pelit
Cara
paling mudah untuk menilai orang lain pelit adalah dengan melihat kebiasaannya seperti
meminjam. Sementara kita tahu, bahwa dia
memiliki uang yang cukup atau bahkan sama dengan kita. Tapi enggan untuk membelinya. Bukankah ini
merepotkan dirinya sendiri? Kalau sama
diri sendiri saja pelit, apalagi pada orang lain. So, tinggalkan
orang seperti ini.
Dewasa
Cara
paling mudah untuk melihat orang dewasa adalah dari cara dia berpakaian. Ia berpakaian tidak sekedar menutup
badan. Tetapi juga memperhatikan
kebersihan. Termasuk bau badan. Biasanya kalo cowok minimal pake parfum, atau
pakai deodoran. Agar orang lain, tidak keracunan dengan bau badan kita. Ini bukan saja kita menghargai diri kita
sendiri, tetapi juga menghargai orang lain.
Karena itu, janganlah malu untuk bertanya pada teman apakah saya bau
atau tidak. Sebab tidak semua orang, akan memberitahu kamu mengenai soal
ini. Mereka takut kalau-kalau kamu
tersinggung. So, Jangan malu bertanya.
Baik Akhlaknya
Ini
sudah menjadi rahasia umum, bahwa siapa pun akan tertarik berteman dengan orang
yang baik. Orang yang baik, biasanya baik juga agamanya. Sebab tidak ada agama yang mengajarkan
kejelekan. Tolok ukur untuk menilai orang lain baik atau tidak adalah Kesetiakawanan
dalam persahabatan, mengatakan benar tetap benar, dan salah tetap salah. Selain itu, orang baik juga senantiasa ringan
tangan untuk membantu kita, tatkala kita benar-benar membutuhkan pertolongan.