Tempe memiliki cerita tersendiri dalam memori, dan bab perjalanan hidupku. Setiap kali makan tempe, yang terbayang adalah kota tempat pertama kali saya makan tempe dan satu sahabat sejati saya. Saya pertama kali makan tempe, sepanjang alur drama kehidupan saya adalah ketika saya kuliah di Kota Makassar, Tempe merupakan makanan yang cukup ekonomis bagi mahasiswa. Selain murah juga enak. Saya termasuk penggemar tempe. tiada hari tanpa tempe sewaktu kuliah di Kota Daeng.
Cerita tentang tempe.
Sebagai perantau di negeri orang, tentu ada banyak hal yang baru, yang kita temui. Bukan hanya orang-orangnya yang baru, sahabat yang baru, keluarga yang baru, teman yang baru. Tapi, makanannya juga sudah pasti berbeda disetiap daerah. Saya pun tak mau melewatkan setiap sensai masakan di kota atau daerah yang pernah saya kunjungi di Nusantara. Begitupun dengan tempe yang punya cerita tersendiri. Lagi...Lagi Tempe dan Tempe....!
Yup..!
Tempe, Tempe yang pada mulanya saya anggap adalah kue, bukan lauk. Semenjak datang ke kota Makassar, saya memperlakukan tempe goreng sebagai kue bukan sebagai lauk. Pasangan sejati dari tempe adalah teh hangat. Setiap pagi, saya mengkonsumsi 2 sejoli tersebut. Rasanya tidak ada yang janggal antara Teh hangat dan Tempe.
"Teh hangat+Tempe" memori- yang tidak akan saya lupa.
Bagi saya, ini adalah hal yang wajar, lah..kok enek! Tapi bagi yang mengenal tempe, sebagai lauk. tentu akan tertawa. Karena ada perbedaan dimensi cara pandang. Anda yang memandang tempe sebagai lauk akan merasa geli, begitupun dengan saya yang kesehariannya lauknya adalah ikan. Akan memandang orang yang mengkonsumsi Ikan+Teh hangat"...sangat lucu...Whahahaha..!. Tapi, itulah..hidup terkadang hidup perlu dibuat berwarna, dan berbeda dengan yang lain. Kuncinya asal suka, dan kita bahagia b!
Beberapa hari kemudian, aksi gila saya itu, kepergok sama sahabat saya. Saya merasa ngak ada yang salah. Teman saya sungkan untuk tertawa terbahak-bahak ketika asyik meminum teh dengan tempe goreng. Saya malah pede sekali, mengajak teman saya ikut nimbrung sarapan sama saya. herul namanya. "Rul...ayo sarapan". sambil menyodorkan segelas teh yang baru saya tuang dari cerek dan sepiring tempe di depan saya. Karena tidak tahan menahan tawa, akhirnya diapun tertawa. Saya akhirnya merasa heran. ini orang kenapa tertawa sendiri, perasaan saya tidak sedang berlawak. Tapi dia malah tertawa. Lalu..sahabat baikku yang baru saya kenal belum cukup sebulan itu, menegur saya. Kenapa kamu minum teh sama tempe,,? Lah kenapa tanyaku. Tempe ini lauk, dimakan sama nasi....sayapun ikut tertawa..Whahahahaha......suasana kamar menjadi ramai, dan gaduh....hingga perutku sakit menahan tawa.
Keesokan harinya, saya tidak lagi mengkonsumsi "teh hangat+tempe". saya sudah mulai hidup normal, Makan tempe+Nasi. Pengalaman ini, selalu membuat saya teringat, dimanapun saya makan tempe.
Namun ada banyak pelajaran yang saya dapatkan dari aksi gila itu, terkadang aksi gila kita ternyata memang sudah benar. bahwa makanan A bisa dipasangkan dengan Makanan B. Hanya budaya kita dan cara pandang kita yang membuat kita merasa aneh. Saya termasuk orang bertipikal, suka melakukan hal-hal yang baru, yang terkadang orang lain tidak pernah melakukannya. Sejak mahasiswa semester 1. Aksi aksi aneh yang saya lakukan, karena saya suka akan cita rasanya adalah :
1. Teh Hangat+ Tempe
2. Teh +susu
Setelah saya kuliah di Jepang, tindakan aneh saya yang kedua ternyata benar. Di negeri ini, ada banyak produk minuman softdrink yang teh+susu. Sementara dinegeri kita, kala itu tidak ada minuman yang campur antara teh dan susu. hanya teh saja atau susu saja. Dan yang ada hanya produk softdrink dari kopi dan susu. Sehingga ketika kita minum susu hangat+susu, orang yang tidak terbiasa akan merasa kita sebagai orang yang aneh atau gila. Namun karena saya menyukainya. Saya tetap lakukan.
Sebagai kata motivasi, dari pengalaman ini, saya hanya menulis sebuah quote:
"Terkadang kita perlu beride gila. Sebab penggila ide akan tampak berbeda dari yang lain.
Banyak orang sukses di dunia yang pada mulanya dianggap gila dengan ide mereka. Namun akhirnya orang normal tergila-gila dengan produk ciptaan mereka". - La Nane