Skip to main content

Posts

Musim Gugur di Kota Sendai

Seribu Rupiah Sangat Berharga Demi Suatu Cita-Cita Pendidikan

Tahun 2009, merupakan kisah yang tidak pernah saya lupa dalam perjalanan saya menempuh pendidikan di jazirah tanah perantauan kota daeng, Makassar, Sulawesi selatan. Tahun yang saya diingatkan dengan bertahan hidup dengan uang Rp1000 rupiah dalam sebulan.  Hanya air mata, yang bercucuran di mata saya, setiap kali saya mengingat krisis ekonomi yang pernah melanda saya tersebut. itu bukan karena kesengajaan, tapi faktor ekonomi keluarga kami yang tidak seberuntung orang-orang lain. Bagi saya itu, adalah takdir saya. Namun bukan berarti, takdir terlahir dari orang tua yang tidak mampu, membuat saya patah semangat untuk sebuah cita-cita saya, belajar dan mengenyam pendidikan tinggi seperti juga anak-anak lainnya. Sehingga demi suatu cita-cita, saya membudakkan diri saya, dengan jalan apapun untuk tetap bisa sekolah, tanpa logika, yang akan menghanyutkan saya jika harus berjibaku dengan kondisi orang tua.  Sebab saya percaya bahwa Tuhan tidak pernah berlogika d

Dialek Orang Timur Juga "Bahasa Indonesia"

Unity in diversity itulah indonesia.  Tulisan ini, tidak dimaksudkan sebagai bentuk rasisme kedaerahan. Tapi ingin meluruskan konsep nasionalisme kaum intelektual dalam bernusantara, yang pada intinya kita akan diperhubungkan dengan sebuah alat komunikasi yang disebut bahasa. Untuk bersama-sama membangun masa depan INDONESIA. Setiap daerah di nusantara, memiliki ciri khas dialek, yang telah melekat sejak lahir. Dan dialek ini, sangat sulit untuk dirubah, dan sejatinya dialek menjadi khasanah kekayaan warisan nenek moyang yang perlu kita jaga eksistensinya secara bersama-sama.  Namun seiring dengan perkembangan zaman, Akibat dominansi media TV yang berpusat di jazirah Tanah Nusa (Jawa), sudah banyak generasi muda yang kehilangan wawasan kebangsaannya. Akibatnya kaum ini  cenderung mendiskriminasi dialek bahasa suatu kelompok yang bahasanya dianggap berbeda dari bahasanya, sehingga tak jarang dialek bahasa kelompok lain hanya dijadikan perolok-olokan. Bukankah ini suatu di

Mengejar Mimpi, Dan Mengubah Takdir Hingga Ke Negeri Sakura.

Mengejar, tidak sama halnya dengan berlari. Mengejar berarti “ada” yang di kejar. Ada sesuatu yang membuat kita ingin berkejar-kejaran. Sejatinya, untuk mendapati apa yang dikejar maka pengejar harus lebih kuat spiritnya, kuat fisiknya, tabah hatinya, dan sabar mendapati apa yang dikejar. Kalau kita sebagai pengejar mudah putus asa lalu berhenti, maka mimpi yang terus berlari akan semakin jauh meninggalkan kita. Tapi jika anda terus bersabar berlari, mengejar mimpi anda, konsisten dalam segala ujian, dimana terkadang jalan yang anda lalui penuh duri, yakinlah dimana ada waktunya Allah SWT akan menguatkan anda, dan mimpi yang berlari akan ditundukkan oleh-Nya untuk anda. Karena anda berhak mendapatkannya. Apalah lagi, anda sudah jauh berlari meninggalkan orang-orang yang punya keinginan yang sama. Itulah saat dimana anda telah memaksimalkan segala kemampuan, dan melewati ujian-ujian-Nya dengan cara anda sendiri. Dan dikala itu, andalah sendiri yang akan merasakan manisnya, dan melu