Naraguru

Dalam rutinitas sehari-hari, kita kerap kali diperhadapkan pada suatu kondisi badan yang kurang fit dan menyebabkan rasa kantuk. Tentu perasaan kantuk merupakan suatu kondisi yang tak pernah diundang secara sadar, namun efeknya kerap kali menggangu dan sangat merepotkan kita. Kantuk yang berlebih sering membawa kita pada kondisi lemah, lesu dan tak memiliki semangat kerja. bahkan kerap kali rasa kantuk tersebut membuat kita menjadi kurang kosentrasi dan kehilangan fokus. Apalah arti kegiatan tanpa suatu kosentrasi dan daya fokus. hanya waktu yang terbuang percuma tanpa menghasilkan nilai yang memuaskan.  Karena itu, pada kesempatan ini saya akan berbagi tips mengenai cara yang sering saya lakukan untuk menghilangkan rasa kantuk. 1. Menghangatkan kedua telapak tangan Sumber gambar : www.google.com Cara ini terbilang klasik, namun cara ini mampu menghilangkan perasaan kantuk. Cukup dengan menggosokkan kedua telapak tangan hingga terasa panas. Lalu ditempelkan pada kedua pipi

Jalan-jalan ke Wakatobi (Wangi-wangi, kaledupa, Tomia dan Binongko, sepertinya tidak seru jika anda tidak menyambangi pulau Tomia. Di sana anda akan menemukan beberapa tempat eksotik untuk berpose atau hanya sekadar beristirahat—menghirup udara segar. Adapun beberapa tempat yang indah di pulau Tomia adalah: 1. Pantai Hondue Pantai hondue dikenal juga dengan nama pantai cinta. Pantai ini sangat bersih, berpasir putih dan memiliki air laut yang sangat jernih. Tak heran jika anda berkunjung ke tempat ini, mata anda akan segera terhipnotis untuk segera menceburkan diri ke dalam air laut. Menarik bukan..! 2. Pantai Hu'untete Pantai ini, sangat bersih, berpasir putih, dan memiliki panorama tebing curam yang menambah sensa'si berlibur anda ke pulau Tomia. Semua orang terpana melihat keindahan alam dan topografi yang terbentuk begitu sempurna. Pasir putih yang sedikit ke merah-merahan adalah salah satu ciri dari pantai ini. Pantai ini dapat ditempuh dengan mudah menggun

Tahun 2009, merupakan kisah yang tidak pernah saya lupa dalam perjalanan saya menempuh pendidikan di jazirah tanah perantauan kota daeng, Makassar, Sulawesi selatan. Tahun yang saya diingatkan dengan bertahan hidup dengan uang Rp1000 rupiah dalam sebulan.  Hanya air mata, yang bercucuran di mata saya, setiap kali saya mengingat krisis ekonomi yang pernah melanda saya tersebut. itu bukan karena kesengajaan, tapi faktor ekonomi keluarga kami yang tidak seberuntung orang-orang lain. Bagi saya itu, adalah takdir saya. Namun bukan berarti, takdir terlahir dari orang tua yang tidak mampu, membuat saya patah semangat untuk sebuah cita-cita saya, belajar dan mengenyam pendidikan tinggi seperti juga anak-anak lainnya. Sehingga demi suatu cita-cita, saya membudakkan diri saya, dengan jalan apapun untuk tetap bisa sekolah, tanpa logika, yang akan menghanyutkan saya jika harus berjibaku dengan kondisi orang tua.  Sebab saya percaya bahwa Tuhan tidak pernah berlogika d