Skip to main content

Nikah Buat Hidup, Bukan Cinta !



Kedewasaan seringkali merupakan isu yang sangat esensial untuk dibicarakan oleh semua kalangan. Bukan karena soal ketabuan membicarakan pendidikan sex atau kedewasaan yang jarang atau hampir punah dalam kurikulum pendidikan kita. Melainkan karena hak individu yang perlu dihargai dalam mengekspresikan dirinya melalui pikiran, gaya hidup, dan cara setiap orang menyikapi segala sesuatu. Dalam soal pernikahan yang menjadi judul tulisan kita pada hari ini, banyak orang beranggapan bahwa nikah adalah soal cinta.
Begini, menikah memang harus didasari cinta. Sebab cinta adalah wujud materi yang menandakan, menunjukan suatu keselarasan antara kita dengan lawan jenis. Dengan keselarasan, kesamaan, kita bisa menjalani kehidupan dengan baik. Tapi bukan berarti menikah adalah untuk cinta atau untuk persamaan yang kita miliki. Jika menikah, didasarkan pada cinta yang merujuk pada kesamaan—kesamaan materi, pangkat, harta, jabatan dan lain-lain. Maka inilah yang banyak filsuf katakan sebagai cinta yang materialistik atau dikenal dengan paham materialisme.

Nikah atau pernikahan sebenarnya adalah upaya untuk mempertahankan hidup, atau cara kita berkehidupan yang didasarkan pada dasar kemauan yang penuh “keikhlasan”, dan bukan berdasar pada kesamaan materi “cinta”. Orang menikah karena mau ingin hidup lebih mudah dalam menggarap sawah secara bersama dengan pasangan, ingin hidup lebih mudah membangun rumah bersama pasangan, ingin hidup lebih mudah mengurusi urusan rumah tangga, dll.

Sehingga dalam konteks ini, kesetaraan gender mudah tercapai. Dimana laki-laki dan perempuan memiliki rasa tanggung jawab dan kesempatan untuk berekspresi atau mengaktualisasikan dirinya dengan pasangan. Namun makin ke sini, kita terperangkap kembali oleh konsep konsep kehidupan materialis, dimana segala sesuatu didasarkan pada materi yang ada. Bahkan  untuk menjalani pernikahan kita seolah diwajibkan untuk mapan dahulu atas pangan, lalu memiliki harta benda, memiliki rumah, setelah semua tercapai barulah kita kemudian dipandang sosok yang siap menikah.

Berbeda sekali dengan konsep dahulu, dimana manusia hidup dan jauh dari kehidupan materialism, di mana keluarga dibangun dari nol secara bersama. Mulai dari penyediaan makanan di rumah yang dilakukan melalui cocok tanam secara bersama, istilahnya menanam bareng-bareng di sawah, lalu dipetik sama-sama, dikonsumsi sama-sama, kelebihan pangan dijual, lalu uangnya dibangunkan rumah, dan  seterusnya, hingga mapan secara finansial, yang dewasa ini diidentikkan dengan “kesuksesan”.  Saya tidak bersepakat dengan istilah sukses yang ini. Bagi saya sukses itu relatif, dan setiap orang telah sukses menjalani hidupnya bila tidak membuat susah dirinya, apalagi orang lain.

Jika kita lihat dari proses mencapai sesuatu yang diinginkan, dari du konsep yang saya sebutkan di atas. keduanya 180 derajat berbeda. Pilih yang mana? Bagi saya, menikah seharusnya memudahkan, seharusnya mengasyikkan. Karena semuanya dijalani dengan penuh kebersamaan. Sehingga tidak perlu tunggu mapan untuk menikah, lalu bahagia, dan tidak perlu tunggu tua, lalu menikah. Jika kita bisa bahagia sekarang kenapa harus menunggu lama, nanti ?

-->

Comments

Popular posts from this blog

Asrama Mahasiswa Universitas Tohoku, di Kota Sendai

Kali ini, saya akan mengajak kamu mengenal asrama mahasiswa internasional Universitas Tohoku di kota Sendai.   Kamu tentu tahu, bahwa asrama adalah kebutuhan yang sangat penting jika kamu mengenyam pendidikan lanjutan di Universitas Tohoku nantinya. Jadi tak ada salahnya, jika kali ini—saya mengajak kamu untuk mengenal asrama yang dipunyai oleh Universitas Tohoku. Secara umum, asrama mahasiswa internasional ini, terletak di kota sendai. Namun, letaknya terdapat di beberapa lokasi (district) yang terpisah dan berbeda antara satu dan yang lainnya. Ada asrama yang terdapat di wilayah Sanjo, Katahira, dan wilayah Higasi ( eastern Sendai). Jenis atau tipe asrama yang disediakan oleh pihak kampus juga bermacam-macam. Ada tipe keluarga ( khusus yang sudah memiliki anak ), berpasanagan ( khusus pasangan baru dan belum memiliki anak ) dan yang belum menikah—single ( hitungannya; duda, janda, laki, cewe, dan yang sudah menikah tapi tidak membawa keluarga). Jadi setiap tipe ada jatahn...

Tempat Mengurus Surat Keterangan Sehat Jasmani di Kota Makassar

Makassar (14/01/2019)—Ada banyak tempat mengurus surat keterangan sehat Jasmani di Kota Makassar. Namun, pada hari ini, saya memilih untuk mengurusnya di BBLK, Dinas Kesehatan Kota Makassar. Photo credit: La Nane (dokumentasi pribadi) Saya memilih di sini, karena pelayanannya cukup baik dan super cepat.  Itu pengalaman saya, kemarin saat mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba untuk kelengkapan berkas CPNS. Photo credit: La Nane (dokumentasi pribadi) Baca Juga: Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba di Makassar. Saking cepatnya, untuk pengurusan surat keterangan sehat jasmani, hanya memakan waktu 10 menit saja. Tanpa perlu antri yang cukup lama seperti di Rumah Sakit Umum yang super antri panjang. Selain itu, pegawainya cukup cekatan dan ramah-ramah. Dari bagian depan, saat saya pertama datang. Saya ditanya sama pegawai bagian depan "Mau urus apa Mas?" "Oh, Urus Surat Keterangan Sehat Jasmani Pak" Jawabku. Petugas bagian depan lang...