Bulu babi merupakan salah satu hewan avertebrata laut dari kelas echinoderm yang seluruh
permukaan tubuhnya ditutupi oleh duri. Duri pada bulu memiliki racun namun tidak berbahaya apalagi mematikan. Malahan, bulu babi memiliki nilai ekonomis dan nutrisi yang baik bagi kesehatan. Mengapa? Karna hewan berkulit diri ini
memiliki kadar protein yang sangat tinggi. Sementara itu, bulu babi yang bernilai
ekonomis ini, belum termanfaatkan.
Namun seiring dengan perkembangan pengetahuan dan
munculnya teknologi sapurata yang
diluncurkan oleh La Nane mahasiswa fakultas ilmu kelautan dan perikan, kini
bulu babi bukanlah menjadi hal yang asing lagi ditelinga masyarakat bahkan sudah
menjadi sahabat ketika menyentuh atau memegang bulu babi. Sebut saja, Gustina mahasiswi fajultas ilmu perikanan unhas yang saat pertama ditanya dirungan kulihnya senin
(30/5) kemarin, ia memaparkan bahwa pertama
kali melihat dan memegang bulu babi adalah ketika ia mengikuti praktikum lapang di pulau Barrang Lompo. Ia menuturkan
dengan penuh semangat bahwa dirinya begitu takut untuk memegangnya. “saya
gemetaran pertama kali pegang bulu babi, sebab saya takut tertusuk” tutur
mahasiswa perikanan angkatan 2011 itu. Ia juga memaparkan bahwa selama ini ia
belum pernah memgang sama sekali duri bulu babi karena takut tertusuk oleh
durinya. sebagaiman yang diberitakan oleh media-media online yang lainnya. “Saya sangat takut kalau dengar namanya bulu babi” tambahnya.
Menurut Gustina, sebelum memegang bulu babi ia mengira bahwa seluruh
duri bulu babi itu beracun. “saya kira semua duri bulu babi itu beracun, ternyata tidak” tambahnya saat ditanya di ruang kuliahnya. Karena itu
sekarang saya tidak takut lagi dengan bulu babi. Sekarang bulu babi kini menjadi
teman bukan lagi menjadi momok. Ia menegaskan pernyataan itu dengan
kemampuannya dalam memegang bulu babi khusussnya jenis Diadema setosum sewaktu
praktik diperairan Barrang Lompo Makassar. Dan jenis ini, paling dinela sebagai spesis yang berbahaya.